NURSEPRENEUR

Hallo, and welcome in my content. I am Angga Miftakhul Nizar from east Java. My last study in the university of airlangga . Extremely Grateful for all support, attention and visitation, I Hope You Enjoy. * I am so sorry for all guilt and please contact me

Selasa, 09 April 2019





Orange, Buah, Jeruk Keprok, Buah Jeruk

















NB. COMMENT FOR GET PATHWAY & WOC
 
 














LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
 PADA KLIEN DENGAN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

LAPORAN PENDAHULUAN
PASIEN DENGAN CKD (CHRONIC KIDNEY DISEASE)

A.       PENGERTIAN

Gagal ginjal kronik (GGK) biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap (Doenges, 1999: 626).
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner & Suddarth, 2001: 1448).
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun. (Price, 1995: 812).
Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten/ menetap dan ireversibel (Mansjoer, 2001).

B.           KLASIFIKASI
Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :
1.      Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar kreatinin serum normal dan penderita asimptomatik.
2.      Stadium 2 : insufisiensi ginjal, dimana lebih dari 75 % jaringan telah rusak, Blood Urea Nitrogen (BUN) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.
3.      Stadium 3 : gagal ginjal stadium akhir atau uremia.
K/DOQI merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat penurunan LFG :
1.      Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminuria persisten dan LFG yang masih normal ( > 90 ml/menit/1,73 m2)
2.      Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60-89 mL/menit/1,73 m2
3.      Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2
4.      Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29 mL/menit/1,73m2
5.      Stadium 5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15mL/menit/1,73m2 atau gagal ginjal terminal


C.            ETIOLOGI

1.      Infeksi, misalnya pielonefritis kronik, glomerulonefritis
2.      Penyakit vaskuler hipertensif, misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis
3.      Gangguan jaringan penyambung, misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik progresif
4.      Gangguan kongenital dan herediter, misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis tubulus ginjal
5.      Penyakit metabolik, misalnya DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis
6.      Nefropati toksik, misalnya penyalahgunaan analgesik, nefropati timbal
7.      Nefropati obstruktif, misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra
8.      Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis

D.           PATOFISIOLOGI

Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. ( Barbara C Long, 1996: 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448)
Untuk menilai GFR ( Glomelular Filtration Rate ) / CCT ( Clearance Creatinin Test ) dapat digunakan dengan rumus :
Clearance creatinin ( ml/ menit ) = ( 140-umur ) x berat badan ( kg )
                                                                                72 x creatinin serum
Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85
E.           MANIFESTASI KLINIS
1.      Manifestasi klinik  antara lain (Long, 1996 : 369):
a.       Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang, mudah tersinggung, depresi
b.      Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.
2.      Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain : hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin -  angiotensin – aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).

3.      Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
a.       Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, efusi perikardiac dan gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan irama jantung dan edema.
b.      Gangguan Pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara krekels.
c.       Gangguan  gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan vomitus yang berhubungan dengan metabolisme protein dalam usus, perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut, nafas bau ammonia.
d.      Gangguan  muskuloskeletal
Resiles leg sindrom (pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan), burning feet syndrom (rasa kesemutan dan terbakar, terutama ditelapak kaki), tremor, miopati (kelemahan dan hipertropi otot-otot ekstremitas).
e.       Gangguan Integumen
Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning-kuningan akibat penimbunan urokrom, gatal-gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.
f.       Gangguan endokrim
Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan menstruasi dan aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguan metabolic lemak dan vitamin D.
g.      Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa
Biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.
h.      Sistem hematologi
Anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin, sehingga rangsangan eritopoesis pada sumsum tulang berkurang, hemolisis akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik, dapat juga terjadi gangguan fungsi trombosis dan trombositopeni.

F.            PEMERIKSAAN PENUNJANG

Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka perlu pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun kolaborasi antara lain :
1.      Pemeriksaan lab.darah
a.       Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan hipoalbuminemia.
b.      Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah.
c.       Ureum dan kreatinin : meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan kreatinin lebih kurang 20 : 1. Ingat perbandingan bisa meninggi oleh karena perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih. Perbandingan ini berkurang : ureum lebih kecil dari kreatinin, pada diet rendah protein, dan Tes Klirens Kreatinin yang menurun.
d.      Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan.
e.       Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunnya diuresis.
f.       Hipokalsemia dan hiperfosfatemia, terjadi karena berkurangnya sintesis 1,24 (OH)2 vit D3 pada GGK.
g.      Fosfatase lindi meninggi akibat gangguan metabolisme tulang, terutama Isoenzim fosfatase lindi tulang.
h.      Hipoalbuminemis dan hipokolesterolemia, umumnya disebabkan gangguan metabolisme dan diet rendah protein.
i.        Peninggian gula darah, akibat gangguan metabolisme karbohidrat pada gagal ginjal, (resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan perifer).
j.        Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan, peninggian hiormon inslin, hormon somatotropik dan menurunnya lipoprotein lipase.
k.      Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukan pH yang menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun, semuanya disebabkan retensi asam-asam organik pada gagal ginjal.
2.      Urine
a.       Urine rutin
b.      Urin khusus : benda keton, analisa kristal batu
3.      Pemeriksaan kardiovaskuler
a.       ECG
b.      ECO
4.      Radiodiagnostik
a.       USG abdominal
b.      CT scan abdominal
c.       BNO/IVP, FPA
d.      Renogram
e.       RPG (retio pielografi)

G.           PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
1.      Konservatif
a.       Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
b.      Observasi balance cairan
c.       Observasi adanya odema
d.      Batasi cairan yang masuk
1)      Dialysis
a)      Peritoneal dialysis
Biasanya dilakukan pada kasus-kasus emergency, sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut  adalah CAPD (Continues Ambulatory Peritonial Dialysis).
Hemodialisa adalah suatu prosedur dimana darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam sebuah mesin di luar tubuh yang disebut dialyzer. Prosedur ini memerlukan jalan masuk ke aliran darah. Untuk memenuhi kebutuhan ini, maka dibuat suatu hubungan buatan diantara arteri dan vena (fistula arteriovenosa) melalui pembedahan. Pada hemodialisa, darah penderita mengalir melalui suatu selang yang dihubungkan ke fistula arteriovenosa dan dipompa ke dalam dialyzer. Untuk mencegah pembekuan darah selama berada dalam dialyzer maka diberikan heparin. Di dalam dialyzer, suatu selaput buatan yang memiliki pori-pori memisahkan darah dari suatu cairan (dialisat) yang memiliki komposisi kimia yang menyerupai cairan tubuh normal.
Tekanan di dalam ruang dialisat lebih rendah dibandingkan dengan tekanan di dalam darah, sehingga cairan, limbah metabolic, dan zat-zat racun di dalam darah disaring melalui selaput dan masuk ke dalam dialisat. Tetapi sel darah dan protein yang besar tidak dapat menembus pori-pori selaput buatan ini.
Darah yang telah dicuci lalu dikembalikan ke dalam tubuh penderita. Dialyzer memiliki ukuran dan tingkat efisiensi yang berbeda-beda. Mesin yang lebih baru sangat efisien, darah mengalir lebih cepat dan masa dialisa lebih pendek (2-3 jam), sedangkan mesin yang lama memerlukan waktu 3-5 jam. Sebagian besar penderita gagal ginjal kronis perlu menjalani dialisa sebanyak 3 kali/minggu.
Hemodialisa

Komplikasi Hemodialisa
Komplikasi
Penyebab
Demam
§  Bakteri atau zat penyebab demam (pirogen) di dalam darah
§  Dialisat terlalu panas
Reaksi anafilaksis yg berakibat fatal
(anafilaksis)
§  Alergi terhadap zat di dalam mesin
§  Tekanan darah rendah
Tekanan darah rendah
Terlalu banyak cairan yang dibuang
Gangguan irama jantung
Kadar kalium dan zat lainnya yang abnormal dalam darah
Emboli udara
Udara memasuki darah di dalam mesin
Perdarahan usus, otak, mata atau perut
Penggunaan heparin di dalam mesin untuk mencegah pembekuan

2.      Operasi
a.       Pengambilan batu
b.      Transplantasi ginjal


ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN CKD (CHRONIC KIDNEY DISEASE)

A.       PRIMARY SURVEY
a)      Airway
Periksa jalan nafas dari sumbatan benda asing (padat, cair) setelah dilakukan pembedahan akibat pemberian anestesi.
meletakan tangan di atas mulut atau hidung, Potency jalan nafas,  keadekwatan expansi paru, kesimetrisan, Auscultasi paru.
b)  Breathing
Kompresi pada batang otak akan mengakibatkan gangguan irama jantung, sehingga terjadi perubahan pada pola napas, kedalaman, frekuensi maupun iramanya, bisa berupa Cheyne Stokes atau Ataxia breathing. Napas berbunyi, stridor, ronkhi, wheezing ( kemungkinan karena aspirasi), cenderung terjadi peningkatan produksi sputum pada jalan napas. Perubahan pernafasan (rata-rata, pola, dan kedalaman). Inspeksi: Pergerakan dinding dada, penggunaan otot bantu pernafasan  efek anathesi yang berlebihan.
c)      Circulation
Efek peningkatan tekanan intrakranial terhadap tekanan darah bervariasi. Tekanan pada pusat vasomotor akan meningkatkan transmisi rangsangan parasimpatik ke jantung yang akan mengakibatkan denyut nadi menjadi lambat, merupakan tanda peningkatan tekanan intrakranial. Perubahan frekuensi jantung (bradikardia, takikardia yang diselingi dengan bradikardia, disritmia).
Inspeksi membran mukosa : warna dan kelembaban, turgor kulit, balutan.
d)     Disability : berfokus pada status neurologi
Kaji tingkat kesadaran pasien, tanda-tanda respon mata, respon motorik dan tanda-tanda vital.
Inspeksi respon terhadap rangsang, masalah bicara, kesulitan menelan, kelemahan atau paralisis ekstremitas, perubahan visual dan gelisah.
e)      Exposure
Kaji balutan bedah pasien terhadap adanya perdarahan
B.        SECONDARY SURVEY
1.         Biodata
Gagal Ginjal Kronik terjadi terutama pada usia lanjut (50-70 tahun), usia muda, dapat terjadi pada semua jenis kelamin tetapi 70 % pada pria.
2.         Keluhan utama
Sesak napas, kencing sedikit bahkan tidak dapat kencing, gelisah, tidak selera makan (anoreksia), mual, muntah, kembung, mulut terasa kering, rasa lelah, napas berbau (ureum), gatal pada kulit.
3.         Riwayat penyakit
a.       Riwayat penyakit sekarang :      diare, muntah, perdarahan, luka bakar, rekasi anafilaksis, renjatan kardiogenik.
b.      Riwayat penyakit dahulu :         riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah jantung, hipertensi, penggunaan obat-obat nefrotoksik, benigna prostatic hyperplasia, prostatektomi.
c.       Riwayat penyakit keluarga :      adanya penyakit keturunan Diabetes Mellitus atau hipertensi.
4.         Tanda vital : peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan lemah, hipertensi, napas cepat dan dalam (kussmaul), dyspnea.
5.         Body Systems :
a.       Pernapasan (B 1 : Breathing)
Gejala : napas pendek, dispnea nokturnal, paroksismal, batuk dengan/tanpa sputum, kental dan banyak.
Tanda ; takhipnea, dispnea, peningkatan frekuensi, batuk produktif dengan/tanpa sputum.
b.       Cardiovascular (B 2 : Bleeding)
Gejala : riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi nyeri dada atau angina dan sesak napas, gangguan irama jantung, edema.
Tanda : hipertensi, nadi kuat, oedema jaringan umum, piting pada kaki, telapak tangan, disritmia jantung, nadi lemah halus, hipotensi ortostatik, friction rub perikardial, pucat, kulit coklat kehijauan, kuning.kecenderungan perdarahan.
c.       Persyarafan (B 3 : Brain)
Kesadaran : disorioentasi, gelisah, apatis, letargi, somnolet sampai koma.
d.      Perkemihan-Eliminasi Uri (B 4 : Bladder)
Kencing sedikit (kurang dari 400 cc/hari), warna urine kuning tua dan pekat, tidak dapat kencing.
Gejala : penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut) abdomen kembung, diare atau konstipasi.
Tanda: perubahan warna urine (pekat, merah, coklat, berawan) oliguria atau anuria.
e.       Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)
Anoreksia, nausea, vomiting, fektor uremicum, hiccup, gastritis erosiva dan diare
f.        Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
Gejala : nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki, (memburuk saat malam hari), kulit gatal, ada/berulangnya infeksi.
Tanda : pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), ptekie, area ekimosis pada kulit, fraktur tulang, defosit fosfat kalsium, pada kulit, jaringan lunak, sendi keterbatasan gerak sendi.
6.         Pola aktivitas sehari-hari
a.       Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Pada pasien gagal ginjal kronik terjadi perubahan persepsi dan manajemen kesehatan karena kurangnya pengetahuan tentang dampak gagal ginjal kronik sehingga menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama. Oleh karena itu perlu adanya penjelasan yang benar dan mudah dimengerti pasien.
b.       Pola nutrisi dan metabolisme
Anoreksia, mual, muntah dan rasa pahit pada rongga mulut, intake minum yang kurang, dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan klien.
Gejala : peningkatan berat badan cepat (oedema), penurunan berat badan (malnutrisi) anoreksia, nyeri ulu hati, mual muntah, bau mulut (amonia)
Penggunaan diuretik.
Tanda : Gangguan status mental, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, kejang, rambut tipis, kuku rapuh.
c.       Pola Eliminasi
Eliminasi urine :
Kencing sedikit (kurang dari 400 cc/hari), warna urine kuning tua dan pekat sampai tidak dapat kencing.
Gejala : penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut), abdomen kembung.
Tanda: perubahan warna urine (pekat, merah, coklat, berawan) oliguria atau anuria.
Eliminasi alvi : diare atau konstipasi.
d.      Pola tidur dan istirahat
Gelisah, cemas, gangguan tidur.
e.       Pola aktivitas dan latihan
Klien mudah mengalami kelelahan dan lemas sehingga menyebabkan klien tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal.
Gejala : kelelahan ektremitas, kelemahan, malaise.
Tanda : kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
f.        Pola hubungan dan peran
Gejala : kesulitan menentukan kondisi (tidak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran).
g.       Pola sensori dan kognitif
Klien dengan gagal ginjal kronik cenderung mengalami neuropati/mati rasa pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya trauma. Klien mampu melihat dan mendengar dengan baik/tidak, klien mengalami disorientasi/tidak.
h.       Pola persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga (self esteem).
i.         Pola seksual dan reproduksi
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi seksual, gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme.
Gejala : penurunan libido, amenorhea, infertilitas.
j.         Pola mekanisme koping
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, faktor stress, perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan, karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain-lain dapat menyebabkan klien tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif/adaptif.
Gejala : faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan
Tanda : menolak, ansietas, takut, marah, mudah tersinggung, perubahan kepribadian.
k.       Pola nilai dan kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta gagal ginjal kronik dapat menghambat klien dalam melaksanakan ibadah maupun mempengaruhi pola ibadah klien.
7.         Pemeriksan fisik
a.       Kepala : edema muka terutama daerah orbita, mulut bau khas ureum.
b.      Dada : pernapasan cepat dan dalam, nyeri dada.
c.       Perut : adanya edema anasarka (ascites).
d.      Ekstrimitas : edema pada tungkai, spatisitas otot.

C.         DIAGNOSA KEPERAWATAN

Menurut Doenges (1999) dan Lynda Juall (2000), diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien CKD adalah:
1.         Gangguan perfusi jaringan
2.         Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
3.         Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan
4.         Perubahan pola napas
5.         Intoleransi aktivitas
6.         Kerusakan intregritas kulit
7.         Kurang pengetahuan

D.        INTERVENSI KEPERAWATAN

1.         Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan curah jantung (beban jantung yang meningkat)
Tujuan : Penurunan curah jantung tidak terjadi dengan KH :
Pasien dapat mempertahankan curah jantung dengan bukti tekanan darah dan frekuensi jantung dalam batas normal, nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler
Intervensi :
a.       Auskultasi bunyi jantung dan paru
R : Adanya takikardia frekuensi jantung tidak teratur
b.      Kaji adanya hipertensi
R : Hipertensi dapat terjadi karena gangguan pada sistem aldosteron-renin-angiotensin yang disebabkan oleh disfungsi ginjal
c.       Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan lokasi, beratnya (skala 0-10)
R : HT dan GGK dapat menyebabkan nyeri
d.      Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap aktivitas
R : Kelelahan dan dapat menyertai GGK

2.         Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan edema sekunder : volume cairan tidak seimbang oleh karena retensi Na dan H2O
Tujuan : Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan dengan KH : tidak ada edema, keseimbangan antara input dan output
Intervensi:
a.       Kaji status cairan dengan menimbang BB perhari, keseimbangan masukan dan haluaran, turgor kulit tanda-tanda vital
b.      Batasi masukan cairan
R : Pembatasan cairan akn menentukan BB ideal, haluaran urin, dan respon terhadap terapi
c.       Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan
R : Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan
d.      Anjurkan pasien untuk mencatat penggunaan cairan terutama pemasukan dan haluaran
R : Untuk mengetahui keseimbangan input dan output

3.         Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah
Tujuan : Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat dengan KH : menunjukan BB stabil
Intervensi :
a.       Awasi konsumsi makanan / cairan
R : Mengidentifikasi kekurangan nutrisi
b.      Perhatikan adanya mual dan muntah
R : Gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang dapat mengubah atau menurunkan pemasukan dan memerlukan intervensi
c.       Beikan makanan sedikit tapi sering
R : Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan makanan
d.      Tingkatkan kunjungan oleh orang terdekat selama makan
R : Memberikan pengalihan dan meningkatkan aspek sosial
e.       Berikan perawatan mulut
R : Menurunkan ketidaknyamanan stomatitis oral dan rasa tak disukai dalam mulut yang dapat mempengaruhi masukan makanan

4.         Perubahan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder : kompensasi melalui alkalosis respiratorik
Tujuan: Pola napas kembali normal/stabil
Intervensi :
a.       Auskultasi bunyi napas, catat adanya crakles
R : Menyatakan adanya pengumpulan sekret
b.      Ajarkan pasien batuk efektif dan napas dalam
R : Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran O2
c.       Atur posisi senyaman mungkin
R : Mencegah terjadinya sesak napas
d.      Batasi untuk beraktivitas
R : Mengurangi beban kerja dan mencegah terjadinya sesak napas atau hipoksia

5.         Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritis
Tujuan : Integritas kulit dapat terjaga dengan KH : Mempertahankan kulit utuh, menunjukan perilaku/teknik untuk mencegah kerusakan kulit
Intervensi:
a.       Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskuler, perhatikan kadanya kemerahan
R : Menandakan area sirkulasi buruk atau kerusakan yang dapat menimbulkan pembentukan dekubitus/infeksi.
b.      Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa
R : Mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi berlebihan yang mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan
c.       Inspeksi area tergantung terhadap udema
R : Jaringan udem lebih cenderung rusak/robek
d.      Ubah posisi sesering mungkin
R : Menurunkan tekanan pada udema , jaringan dengan perfusi buruk untuk menurunkan iskemia
e.       Berikan perawatan kulit
R : Mengurangi pengeringan, robekan kulit
f.       Pertahankan linen kering
R : Menurunkan iritasi dermal dan risiko kerusakan kulit
g.      Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin untuk memberikan tekanan pada area pruritis
R : Menghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan risiko cedera
h.      Anjurkan memakai pakaian katun longgar
R : Mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan evaporasi lembab pada kulit

6.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat, keletihan
Tujuan : Pasien dapat meningkatkan aktivitas yang dapat ditoleransi
Intervensi:
a.       Pantau pasien untuk melakukan aktivitas.
b.      Kaji faktor yang menyebabkan keletihan.
c.       Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat.
d.      Pertahankan status nutrisi yang adekuat.

7.      Kurang pengetahuan tentang  kondisi, prognosis dan tindakan medis (hemodialisa) berhubungan dengan salah interpretasi informasi.
a.       Kaji ulang penyakit/prognosis dan kemungkinan yang akan dialami.
b.      Beri pendidikan kesehatan mengenai pengertian, penyebab, tanda dan gejala CKD serta penatalaksanaannya (tindakan hemodialisa).
c.       Libatkan keluarga dalam memberikan tindakan.
d.      Anjurkan keluarga untuk memberikan support system.
e.       Evaluasi pasien dan keluarga setelah diberikan penkes.


DAFTAR PUSTAKA


Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC

Doenges E,  Marilynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC

Long, B C. 1996. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan

Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC

Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II. Jakarta.: Balai Penerbit FKUI