

|
LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN CHRONIC KIDNEY
DISEASE (CKD)

LAPORAN PENDAHULUAN
PASIEN DENGAN CKD (CHRONIC
KIDNEY DISEASE)
A. PENGERTIAN
Gagal ginjal kronik (GGK) biasanya
akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap (Doenges,
1999:
626).
Gagal ginjal kronis atau penyakit
renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah
nitrogen lain dalam darah) (Brunner & Suddarth, 2001: 1448).
Gagal ginjal kronik merupakan
perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat,biasanya berlangsung
beberapa tahun. (Price, 1995: 812).
Gagal
ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten/ menetap
dan ireversibel (Mansjoer, 2001).
B.
KLASIFIKASI
Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :
1.
Stadium 1 : penurunan cadangan
ginjal, pada stadium kadar kreatinin serum normal dan penderita asimptomatik.
2.
Stadium 2 : insufisiensi
ginjal, dimana lebih dari 75 % jaringan telah rusak, Blood Urea Nitrogen (BUN)
meningkat, dan kreatinin serum meningkat.
3.
Stadium 3 : gagal ginjal
stadium akhir atau uremia.
K/DOQI merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan
stadium dari tingkat penurunan LFG :
1.
Stadium 1 : kelainan ginjal
yang ditandai dengan albuminuria persisten dan LFG yang masih normal ( > 90
ml/menit/1,73 m2)
2.
Stadium 2 : Kelainan ginjal
dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60-89 mL/menit/1,73 m2
3.
Stadium 3 : kelainan
ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2
4.
Stadium 4 : kelainan ginjal
dengan LFG antara 15-29 mL/menit/1,73m2
5.
Stadium 5 : kelainan ginjal
dengan LFG < 15mL/menit/1,73m2 atau gagal ginjal terminal
C. ETIOLOGI
1.
Infeksi, misalnya pielonefritis
kronik, glomerulonefritis
2.
Penyakit vaskuler hipertensif,
misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna, stenosis arteria
renalis
3.
Gangguan jaringan penyambung,
misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik
progresif
4.
Gangguan kongenital dan
herediter, misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis tubulus ginjal
5.
Penyakit metabolik, misalnya
DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis
6.
Nefropati toksik, misalnya penyalahgunaan
analgesik, nefropati timbal
7.
Nefropati obstruktif, misalnya
saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis netroperitoneal. Saluran
kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital
pada leher kandung kemih dan uretra
8.
Batu saluran kencing yang
menyebabkan hidrolityasis
D. PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal
sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang
lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan
memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam
keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal
untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus
dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis
osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak
bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana
timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul
gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang
80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin
clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. ( Barbara C Long,
1996:
368)
Fungsi renal menurun, produk akhir
metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun
dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin
banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala
uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448)
Untuk menilai GFR ( Glomelular
Filtration Rate ) / CCT ( Clearance Creatinin Test ) dapat digunakan dengan
rumus :

72 x creatinin serum
Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85
E.
MANIFESTASI KLINIS
1.
Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 : 369):
a.
Gejala dini : lethargi, sakit
kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang, mudah tersinggung,
depresi
b.
Gejala yang lebih lanjut :
anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak nafas baik waktui ada
kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada
tapi mungkin juga sangat parah.
2.
Manifestasi klinik menurut
(Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain : hipertensi, (akibat retensi cairan dan
natrium dari aktivitas sisyem renin -
angiotensin – aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner
(akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan
perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan,
kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).
3.
Manifestasi klinik menurut
Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
a.
Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak
nafas akibat perikarditis, efusi perikardiac dan gagal jantung akibat
penimbunan cairan, gangguan irama jantung dan edema.
b.
Gangguan Pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan
sputum kental dan riak, suara krekels.
c.
Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan vomitus yang
berhubungan dengan metabolisme protein dalam usus, perdarahan pada saluran
gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut, nafas bau ammonia.
d.
Gangguan muskuloskeletal
Resiles leg sindrom (pegal pada kakinya
sehingga selalu digerakan), burning feet syndrom (rasa kesemutan dan terbakar,
terutama ditelapak kaki), tremor, miopati (kelemahan dan hipertropi otot-otot
ekstremitas).
e.
Gangguan Integumen
Kulit berwarna pucat akibat anemia dan
kekuning-kuningan akibat penimbunan urokrom, gatal-gatal akibat toksik, kuku
tipis dan rapuh.
f.
Gangguan endokrim
Gangguan seksual : libido fertilitas dan
ereksi menurun, gangguan menstruasi dan aminore. Gangguan metabolic glukosa,
gangguan metabolic lemak dan vitamin D.
g.
Gangguan cairan elektrolit dan
keseimbangan asam dan basa
Biasanya retensi garam dan air tetapi
dapat juga terjadi kehilangan natrium dan dehidrasi, asidosis, hiperkalemia,
hipomagnesemia, hipokalsemia.
h.
Sistem hematologi
Anemia yang disebabkan karena berkurangnya
produksi eritopoetin, sehingga rangsangan eritopoesis pada sumsum tulang
berkurang, hemolisis akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana
uremia toksik, dapat juga terjadi gangguan fungsi trombosis dan trombositopeni.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Didalam memberikan pelayanan
keperawatan terutama intervensi maka perlu pemeriksaan penunjang yang
dibutuhkan baik secara medis ataupun kolaborasi antara lain :
1. Pemeriksaan lab.darah
a.
Laju Endap Darah : Meninggi
yang diperberat oleh adanya anemia, dan hipoalbuminemia.
b.
Anemia normositer normokrom,
dan jumlah retikulosit yang rendah.
c.
Ureum dan kreatinin : meninggi,
biasanya perbandingan antara ureum dan kreatinin lebih kurang 20 : 1. Ingat
perbandingan bisa meninggi oleh karena perdarahan saluran cerna, demam, luka
bakar luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih. Perbandingan ini
berkurang : ureum lebih kecil dari kreatinin, pada diet rendah protein, dan Tes
Klirens Kreatinin yang menurun.
d.
Hiponatremi : umumnya karena
kelebihan cairan.
e.
Hiperkalemia : biasanya terjadi
pada gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunnya diuresis.
f.
Hipokalsemia dan
hiperfosfatemia, terjadi karena berkurangnya sintesis 1,24 (OH)2 vit
D3 pada GGK.
g.
Fosfatase lindi meninggi akibat
gangguan metabolisme tulang, terutama Isoenzim fosfatase lindi tulang.
h.
Hipoalbuminemis dan hipokolesterolemia,
umumnya disebabkan gangguan metabolisme dan diet rendah protein.
i.
Peninggian gula darah, akibat
gangguan metabolisme karbohidrat pada gagal ginjal, (resistensi terhadap pengaruh
insulin pada jaringan perifer).
j.
Hipertrigliserida, akibat
gangguan metabolisme lemak, disebabkan, peninggian hiormon inslin, hormon
somatotropik dan menurunnya lipoprotein lipase.
k.
Asidosis metabolik dengan
kompensasi respirasi menunjukan pH yang menurun, BE yang menurun, HCO3 yang
menurun, PCO2 yang menurun, semuanya disebabkan retensi asam-asam organik pada
gagal ginjal.
2.
Urine
a.
Urine rutin
b.
Urin khusus : benda keton,
analisa kristal batu
3.
Pemeriksaan kardiovaskuler
a.
ECG
b.
ECO
4.
Radiodiagnostik
a.
USG abdominal
b.
CT scan abdominal
c.
BNO/IVP, FPA
d.
Renogram
e.
RPG (retio pielografi)
G. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Penatalaksanaan keperawatan pada
pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
1.
Konservatif
a.
Dilakukan pemeriksaan lab.darah
dan urin
b.
Observasi balance cairan
c.
Observasi adanya odema
d.
Batasi cairan yang masuk
1)
Dialysis
a)
Peritoneal dialysis
Biasanya dilakukan pada
kasus-kasus emergency, sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang
tidak bersifat akut adalah CAPD
(Continues Ambulatory Peritonial Dialysis).
Hemodialisa adalah suatu prosedur dimana darah dikeluarkan dari tubuh
penderita dan beredar dalam sebuah mesin di luar tubuh yang disebut dialyzer. Prosedur ini memerlukan jalan masuk ke aliran
darah. Untuk memenuhi kebutuhan ini, maka dibuat suatu hubungan buatan diantara
arteri dan vena (fistula arteriovenosa) melalui
pembedahan. Pada hemodialisa, darah penderita mengalir melalui suatu selang
yang dihubungkan ke fistula arteriovenosa dan dipompa ke dalam dialyzer. Untuk mencegah pembekuan darah
selama berada dalam dialyzer maka
diberikan heparin. Di dalam dialyzer,
suatu selaput buatan yang memiliki pori-pori memisahkan darah dari suatu cairan
(dialisat) yang memiliki komposisi kimia yang menyerupai cairan tubuh
normal.
Tekanan di dalam ruang dialisat lebih rendah dibandingkan dengan tekanan di dalam darah, sehingga cairan, limbah metabolic, dan zat-zat racun di dalam darah disaring melalui selaput dan masuk ke dalam dialisat. Tetapi sel darah dan protein yang besar tidak dapat menembus pori-pori selaput buatan ini. Darah yang telah dicuci lalu dikembalikan ke dalam tubuh penderita. Dialyzer memiliki ukuran dan tingkat efisiensi yang berbeda-beda. Mesin yang lebih baru sangat efisien, darah mengalir lebih cepat dan masa dialisa lebih pendek (2-3 jam), sedangkan mesin yang lama memerlukan waktu 3-5 jam. Sebagian besar penderita gagal ginjal kronis perlu menjalani dialisa sebanyak 3 kali/minggu.

Tekanan di dalam ruang dialisat lebih rendah dibandingkan dengan tekanan di dalam darah, sehingga cairan, limbah metabolic, dan zat-zat racun di dalam darah disaring melalui selaput dan masuk ke dalam dialisat. Tetapi sel darah dan protein yang besar tidak dapat menembus pori-pori selaput buatan ini. Darah yang telah dicuci lalu dikembalikan ke dalam tubuh penderita. Dialyzer memiliki ukuran dan tingkat efisiensi yang berbeda-beda. Mesin yang lebih baru sangat efisien, darah mengalir lebih cepat dan masa dialisa lebih pendek (2-3 jam), sedangkan mesin yang lama memerlukan waktu 3-5 jam. Sebagian besar penderita gagal ginjal kronis perlu menjalani dialisa sebanyak 3 kali/minggu.

Komplikasi Hemodialisa
Komplikasi
|
Penyebab
|
Demam
|
§ Bakteri atau zat penyebab demam (pirogen)
di dalam darah
§ Dialisat terlalu panas
|
Reaksi anafilaksis yg berakibat fatal
(anafilaksis) |
§ Alergi terhadap zat di dalam mesin
§ Tekanan darah rendah
|
Tekanan darah rendah
|
Terlalu banyak cairan yang dibuang
|
Gangguan irama jantung
|
Kadar kalium dan zat lainnya yang abnormal
dalam darah
|
Emboli udara
|
Udara memasuki darah di dalam mesin
|
Perdarahan usus, otak, mata atau perut
|
Penggunaan heparin di dalam mesin untuk
mencegah pembekuan
|
2.
Operasi
a.
Pengambilan batu
b.
Transplantasi ginjal
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN CKD (CHRONIC KIDNEY DISEASE)
A. PRIMARY SURVEY
a)
Airway
Periksa jalan nafas dari sumbatan benda asing
(padat, cair) setelah dilakukan pembedahan akibat pemberian anestesi.
meletakan tangan di atas mulut atau hidung,
Potency jalan nafas, keadekwatan expansi
paru, kesimetrisan, Auscultasi paru.
b) Breathing
Kompresi pada batang otak akan mengakibatkan
gangguan irama jantung, sehingga terjadi perubahan pada pola napas, kedalaman,
frekuensi maupun iramanya, bisa berupa Cheyne Stokes atau Ataxia breathing.
Napas berbunyi, stridor, ronkhi, wheezing ( kemungkinan karena aspirasi),
cenderung terjadi peningkatan produksi sputum pada jalan napas. Perubahan
pernafasan (rata-rata, pola, dan kedalaman). Inspeksi: Pergerakan dinding dada,
penggunaan otot bantu pernafasan efek
anathesi yang berlebihan.
c)
Circulation
Efek peningkatan tekanan intrakranial terhadap
tekanan darah bervariasi. Tekanan pada pusat vasomotor akan meningkatkan
transmisi rangsangan parasimpatik ke jantung yang akan mengakibatkan denyut
nadi menjadi lambat, merupakan tanda peningkatan tekanan intrakranial.
Perubahan frekuensi jantung (bradikardia, takikardia yang diselingi dengan
bradikardia, disritmia).
Inspeksi membran mukosa : warna dan kelembaban,
turgor kulit, balutan.
d)
Disability
: berfokus pada status neurologi
Kaji tingkat kesadaran pasien, tanda-tanda
respon mata, respon motorik dan tanda-tanda vital.
Inspeksi respon terhadap rangsang, masalah
bicara, kesulitan menelan, kelemahan atau paralisis ekstremitas, perubahan
visual dan gelisah.
e)
Exposure
Kaji balutan bedah
pasien terhadap adanya perdarahan
B.
SECONDARY
SURVEY
1.
Biodata
Gagal Ginjal Kronik terjadi
terutama pada usia lanjut (50-70 tahun), usia muda, dapat terjadi pada semua
jenis kelamin tetapi 70 % pada pria.
2.
Keluhan utama
Sesak
napas, kencing sedikit bahkan tidak dapat kencing, gelisah, tidak selera
makan (anoreksia), mual, muntah, kembung, mulut terasa kering, rasa lelah, napas
berbau (ureum), gatal pada kulit.
3.
Riwayat penyakit
a.
Riwayat penyakit sekarang : diare, muntah, perdarahan, luka bakar,
rekasi anafilaksis, renjatan kardiogenik.
b.
Riwayat penyakit dahulu : riwayat penyakit gagal ginjal akut,
infeksi saluran kemih, payah jantung, hipertensi, penggunaan obat-obat
nefrotoksik, benigna prostatic hyperplasia, prostatektomi.
c.
Riwayat penyakit keluarga : adanya penyakit keturunan Diabetes
Mellitus atau hipertensi.
4.
Tanda vital : peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan lemah,
hipertensi, napas cepat dan dalam (kussmaul), dyspnea.
5.
Body Systems :
a.
Pernapasan (B 1 : Breathing)
Gejala : napas pendek, dispnea nokturnal, paroksismal,
batuk dengan/tanpa sputum, kental dan banyak.
Tanda ; takhipnea, dispnea, peningkatan frekuensi, batuk
produktif dengan/tanpa sputum.
b.
Cardiovascular (B 2 : Bleeding)
Gejala : riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi
nyeri dada atau angina dan sesak napas, gangguan irama jantung, edema.
Tanda : hipertensi, nadi kuat, oedema jaringan umum, piting
pada kaki, telapak tangan, disritmia jantung, nadi lemah halus, hipotensi
ortostatik, friction rub perikardial, pucat, kulit coklat kehijauan,
kuning.kecenderungan perdarahan.
c.
Persyarafan (B 3 : Brain)
Kesadaran : disorioentasi, gelisah, apatis, letargi,
somnolet sampai koma.
d.
Perkemihan-Eliminasi Uri (B 4 :
Bladder)
Kencing sedikit (kurang dari 400 cc/hari), warna urine
kuning tua dan pekat, tidak dapat kencing.
Gejala : penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria
(gagal tahap lanjut) abdomen kembung, diare atau konstipasi.
Tanda: perubahan warna urine (pekat, merah, coklat,
berawan) oliguria atau anuria.
e.
Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5
: Bowel)
Anoreksia, nausea, vomiting, fektor uremicum, hiccup,
gastritis erosiva dan diare
f.
Tulang-Otot-Integumen (B 6 :
Bone)
Gejala : nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri
kaki, (memburuk saat malam hari), kulit gatal, ada/berulangnya infeksi.
Tanda : pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), ptekie,
area ekimosis pada kulit, fraktur tulang, defosit fosfat kalsium, pada kulit,
jaringan lunak, sendi keterbatasan gerak sendi.
6.
Pola aktivitas sehari-hari
a.
Pola persepsi dan manajemen
kesehatan
Pada pasien gagal ginjal kronik terjadi perubahan persepsi
dan manajemen kesehatan karena kurangnya pengetahuan tentang dampak gagal
ginjal kronik sehingga menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya dan
kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama.
Oleh karena itu perlu adanya penjelasan yang benar dan mudah dimengerti pasien.
b.
Pola nutrisi dan metabolisme
Anoreksia,
mual, muntah dan rasa pahit pada rongga mulut, intake minum yang kurang, dan
mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi
dan metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan klien.
Gejala : peningkatan berat badan cepat (oedema), penurunan
berat badan (malnutrisi) anoreksia, nyeri ulu hati, mual muntah, bau mulut
(amonia)
Penggunaan diuretik.
Tanda : Gangguan status mental, ketidakmampuan
berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, kejang,
rambut tipis, kuku rapuh.
c.
Pola Eliminasi
Eliminasi urine :
Kencing sedikit (kurang dari 400 cc/hari), warna urine
kuning tua dan pekat sampai tidak dapat kencing.
Gejala : penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria
(gagal tahap lanjut), abdomen kembung.
Tanda: perubahan warna urine (pekat, merah, coklat,
berawan) oliguria atau anuria.
Eliminasi alvi : diare atau konstipasi.
d.
Pola tidur dan istirahat
Gelisah, cemas, gangguan tidur.
e.
Pola aktivitas dan latihan
Klien mudah mengalami kelelahan dan
lemas sehingga menyebabkan klien tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari
secara maksimal.
Gejala : kelelahan ektremitas, kelemahan, malaise.
Tanda : kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan
rentang gerak.
f.
Pola hubungan dan peran
Gejala : kesulitan menentukan kondisi (tidak mampu
bekerja, mempertahankan fungsi peran).
g.
Pola sensori dan kognitif
Klien dengan gagal ginjal kronik cenderung mengalami
neuropati/mati rasa pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya trauma. Klien
mampu melihat dan mendengar dengan baik/tidak, klien mengalami disorientasi/tidak.
h.
Pola persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan
menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya perawatan,
banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan
dan gangguan peran pada keluarga (self esteem).
i.
Pola seksual dan reproduksi
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ
reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi seksual, gangguan kualitas
maupun ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme.
Gejala : penurunan libido, amenorhea, infertilitas.
j.
Pola mekanisme koping
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang
kronik, faktor stress, perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tak ada
kekuatan, karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif
berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain-lain dapat menyebabkan
klien tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif/adaptif.
Gejala : faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada
harapan, tak ada kekuatan
Tanda : menolak, ansietas, takut, marah, mudah tersinggung,
perubahan kepribadian.
k.
Pola nilai dan kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan
penurunan fungsi tubuh serta gagal ginjal kronik dapat menghambat klien dalam
melaksanakan ibadah maupun mempengaruhi pola ibadah klien.
7.
Pemeriksan fisik
a.
Kepala : edema muka terutama
daerah orbita, mulut bau khas ureum.
b.
Dada : pernapasan cepat dan
dalam, nyeri dada.
c.
Perut : adanya edema anasarka
(ascites).
d.
Ekstrimitas : edema pada
tungkai, spatisitas otot.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Doenges (1999)
dan Lynda Juall (2000), diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien CKD adalah:
1.
Gangguan perfusi jaringan
2.
Gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit
3.
Perubahan nutrisi: kurang dari
kebutuhan
4.
Perubahan pola napas
5.
Intoleransi aktivitas
6.
Kerusakan
intregritas kulit
7.
Kurang pengetahuan
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
1.
Gangguan perfusi jaringan
berhubungan dengan penurunan curah jantung (beban jantung yang meningkat)
Tujuan : Penurunan curah jantung
tidak terjadi dengan KH :
Pasien dapat mempertahankan curah
jantung dengan bukti tekanan darah dan frekuensi jantung dalam batas normal,
nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler
Intervensi :
a.
Auskultasi bunyi jantung dan
paru
R : Adanya takikardia frekuensi
jantung tidak teratur
b.
Kaji adanya hipertensi
R : Hipertensi dapat terjadi
karena gangguan pada sistem aldosteron-renin-angiotensin yang disebabkan oleh
disfungsi ginjal
c.
Selidiki keluhan nyeri dada,
perhatikan lokasi, beratnya (skala 0-10)
R : HT dan GGK dapat menyebabkan
nyeri
d.
Kaji tingkat aktivitas, respon
terhadap aktivitas
R : Kelelahan dan dapat menyertai
GGK
2.
Gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit berhubungan dengan edema sekunder : volume cairan tidak seimbang
oleh karena retensi Na dan H2O
Tujuan
: Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan dengan KH : tidak ada
edema, keseimbangan antara input dan output
Intervensi:
a.
Kaji status cairan dengan
menimbang BB perhari, keseimbangan masukan dan haluaran, turgor kulit
tanda-tanda vital
b.
Batasi masukan cairan
R : Pembatasan cairan akn
menentukan BB ideal, haluaran urin, dan respon terhadap terapi
c.
Jelaskan pada pasien dan
keluarga tentang pembatasan cairan
R : Pemahaman meningkatkan
kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan
d.
Anjurkan pasien untuk mencatat
penggunaan cairan terutama pemasukan dan haluaran
R : Untuk mengetahui
keseimbangan input dan output
3.
Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah
Tujuan
: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat dengan KH : menunjukan BB stabil
Intervensi :
a.
Awasi konsumsi makanan / cairan
R : Mengidentifikasi
kekurangan nutrisi
b.
Perhatikan adanya mual dan
muntah
R : Gejala yang menyertai
akumulasi toksin endogen yang dapat mengubah atau menurunkan pemasukan dan
memerlukan intervensi
c.
Beikan makanan sedikit tapi
sering
R : Porsi lebih kecil dapat
meningkatkan masukan makanan
d.
Tingkatkan kunjungan oleh orang
terdekat selama makan
R : Memberikan pengalihan
dan meningkatkan aspek sosial
e.
Berikan perawatan mulut
R : Menurunkan
ketidaknyamanan stomatitis oral dan rasa tak disukai dalam mulut yang dapat
mempengaruhi masukan makanan
4.
Perubahan pola napas
berhubungan dengan hiperventilasi sekunder : kompensasi melalui alkalosis
respiratorik
Tujuan: Pola napas kembali normal/stabil
Intervensi :
a.
Auskultasi bunyi napas, catat
adanya crakles
R : Menyatakan adanya pengumpulan sekret
b.
Ajarkan pasien batuk efektif
dan napas dalam
R : Membersihkan jalan nafas dan
memudahkan aliran O2
c.
Atur posisi senyaman mungkin
R : Mencegah terjadinya sesak napas
d.
Batasi untuk beraktivitas
R : Mengurangi beban kerja dan mencegah
terjadinya sesak napas atau hipoksia
5.
Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan pruritis
Tujuan : Integritas kulit dapat terjaga dengan KH : Mempertahankan
kulit utuh, menunjukan perilaku/teknik untuk mencegah kerusakan kulit
Intervensi:
a.
Inspeksi kulit terhadap
perubahan warna, turgor, vaskuler, perhatikan kadanya kemerahan
R : Menandakan area sirkulasi
buruk atau kerusakan yang dapat menimbulkan pembentukan dekubitus/infeksi.
b.
Pantau masukan cairan dan
hidrasi kulit dan membran mukosa
R : Mendeteksi adanya
dehidrasi atau hidrasi berlebihan yang mempengaruhi sirkulasi dan integritas
jaringan
c.
Inspeksi area tergantung
terhadap udema
R : Jaringan udem lebih
cenderung rusak/robek
d.
Ubah posisi sesering mungkin
R : Menurunkan tekanan pada
udema , jaringan dengan perfusi buruk untuk menurunkan iskemia
e.
Berikan perawatan kulit
R : Mengurangi pengeringan,
robekan kulit
f.
Pertahankan linen kering
R : Menurunkan iritasi
dermal dan risiko kerusakan kulit
g.
Anjurkan pasien menggunakan
kompres lembab dan dingin untuk memberikan tekanan pada area pruritis
R : Menghilangkan
ketidaknyamanan dan menurunkan risiko cedera
h.
Anjurkan memakai pakaian katun
longgar
R : Mencegah iritasi dermal
langsung dan meningkatkan evaporasi lembab pada kulit
6.
Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat, keletihan
Tujuan : Pasien dapat meningkatkan
aktivitas yang dapat ditoleransi
Intervensi:
a.
Pantau pasien untuk melakukan
aktivitas.
b.
Kaji faktor yang menyebabkan
keletihan.
c.
Anjurkan aktivitas alternatif
sambil istirahat.
d.
Pertahankan status nutrisi yang
adekuat.
7.
Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan tindakan medis
(hemodialisa) berhubungan dengan salah interpretasi informasi.
a.
Kaji ulang penyakit/prognosis
dan kemungkinan yang akan dialami.
b.
Beri pendidikan kesehatan
mengenai pengertian, penyebab, tanda dan gejala CKD serta penatalaksanaannya
(tindakan hemodialisa).
c.
Libatkan keluarga dalam
memberikan tindakan.
d.
Anjurkan keluarga untuk
memberikan support system.
e.
Evaluasi pasien dan keluarga
setelah diberikan penkes.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.
Jakarta : EGC
Doenges E, Marilynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perancanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Edisi 3. Jakarta : EGC
Long, B C. 1996. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan
Proses Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan
Price, Sylvia A dan Lorraine M
Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Kllinis
Proses-proses Penyakit. Edisi 4.
Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G
Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth.
Edisi 8. Jakarta :EGC
Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3.
Jilid I II. Jakarta.: Balai Penerbit FKUI